• Memuat kategori...

Apakah Ekonomi Indonesia Beneran Baik-Baik Saja?

Urbansiana Media Infotainment
Gayu Yunma Ramadhan
19 April 2025 pukul 00.00
Apakah Ekonomi Indonesia Beneran  Baik-Baik Saja?
Illustrasi Pelemahan Ekonomi dan Deflasi ditengah Masyarakat


Cikarang, Urbansiana.com ,- Ditengah Narasi Optimis tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia, terbesit sebuah pertanyaan kritis "Apakah Ekonomi Indonesia beneran baik-baik saja?". Meski Inflasi terkendali dan angka PDB terus tumbuh, realita di lapangan memperlihatkan sisi yang berbeda, melemahnya daya beli, jumlah pemudik yang menurun dengan sangat signifikan, dan angka pengangguran yang kian mengkhawatirkan.


Stabil di atas kertas, dan Melemah di Lapangan

Dalam laporan Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia mengalami Deflasi sebesar -0,09%, pada Februari 2025.Deflasi bisa menandakan lesunya permintaan domestik. Ini terjadi saat masyarakat menunda untuk belanja dengan harapan harga akan terus turun. Namun jika ini terus terjadi secara berkepanjangan, Deflasi justru akan melumpuhkan perekonomian.


Indeks konsumsi rumah tangga, yang menyumbang lebih dari 50% PDB nasional, mengalami stagnasi di sejumlah wilayah urban dan penurunan signifikan di pedasaan. Sektor perdagangan dan jasa, yang menjadi jantung ekonomi rakyat pun ikut terpukul



Jumlah Pemudik: Cermin Kondisi Ekonomi Masyarakat

Salah satu indikator ekonomi yang tidak bisa diabaikan adalah Jumlah Pemudik Lebaran. Berdasarkan data dari Kementrian Perhubungan dari tahun ke tahun menyebutkan:



Setelah sempat melonjak dengan sangat drastis pada 2023 dan 2024 dikarenakan Euforia mudik pasca pandemi angka tahun 2025 menunjukkan penurunan dengan sangat tajam sekitar 24,3% dibandingkan tahun sebelumnya. Dari 193,6 Juta pemudik ditahun 2024, menjadi hanya 146,48 Juta Pemudik ditahun 2025. Ini menjadi sinyal kuat, bahwa kemampuan daya beli Masyarakat mengalami penurunan, dengan ditandai kemampuan masyarakat untuk melakukan aktivitas perjalanan yang kental dengan unsur budaya sekaligus Ekonomi sedang menurun


"Tahun lalu kami dapat memberangkatkan sekitar 15 Bus untuk arus mudik, namun saat ini, hanya sekitar 6 Armada Bus, yang dapat kami berangkatkan, jumlah Pelanggan akhir-akhir ini turun, dan omset kami menurun drastis, bahkan sebelum momentum lebaran ini", Ungkap Pemilik Bus & Travel


Penurunan ini bukan hanya sekedar pada sektor Transportasi, tetapi juga Hotel & UMKM, Pariwisata Daerah, dan Sektor Informal lainnya, yang selama ini sangat bergantung pada perputaran uang di musim mudik.


Pengangguran dan Penyerapan Tenaga Kerja: Masih Menjadi Masalah Struktural


Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia:


Meski sempat membaik, TPT kembali naik pada 2024 dan diperkirakan meningkat lagi pada tahun 2025, seiring perlemahan sektor formal seperti Industri, dan Jasa Keuangan. Penyerapan tenaga kerja didominasi oleh sektor Informal, diantaranya (Pedagang Kaki Lima, Ojol, Pekerja Lepas), dengan atau pendapatan yang sangat tidak stabil, dan tanpa jaminan kesehatan dan kestabilan karir di masa yang akan datang.


Pendapatan Riil Yang Tidak Terlihat

Pendapatan Nominal Masyarakat memang meningkat dalam berbagai aspek, akan tetapi kenaikan harga bahan pokok dan energi membuat pendapatan riil terasa seperti stagnan, dan bahkan terasa seperti turun. Harga beras, Minyak Goreng, dan Gas LPG. terus menanjak setiap tahunnya, akan tetapi besaran upah atau gaji tidak ada kenaikan berarti.


Tantangan Global dan Kewaspadaan Ekonomi

Ketidakpastian global juga memberi tekanan. Ketegangan geopolitik, fluktuasi harga minyak, dan tren suku bunga tinggi global membuat investor ragu. Sementara itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar masih belum stabil, mempengaruhi impor dan produksi nasional.



Kesimpulan: Stabil Belum Tentu Sejahtera

Angka-angka makro memang menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia “tidak buruk”. Tapi di balik stabilitas itu, rakyat menghadapi kenyataan yang berat. Deflasi, daya beli yang merosot, jumlah pemudik yang anjlok, dan pengangguran yang membayangi adalah pertanda bahwa ekonomi belum sepenuhnya pulih secara inklusif.


Pemerintah perlu menyadari bahwa stabilitas bukanlah tujuan akhir, melainkan jembatan menuju kesejahteraan. Selama masyarakat masih harus memilih antara mudik dan makan, maka jawabannya jelas: Ekonomi Indonesia belum benar-benar baik-baik saja.



Artikel Terkait dari Kategori Lipsus